Kamis, 13 Juni 2019

Segi Tiga yang Menakutkan

Akhir-akhir ini masyarakat lagi-lagi heboh dengan isu bentuk segi tiga yang konon merupakan simbol Iluminati/ Dajal atau entah apalah namanya, yang ada di sebuah Mesjid yang dirancang oleh Ridwan Kamil.

Ustad Rahmat Baequni, demikian nama orang yg mengatakan hal tersebut kemudian juga mengatakan bahwa salat yang dilakukan di Mesjid dengan simbol tersebut menjadi tidak sah atau batal.


Isu ini kemudian ramai dibahas oleh Netizen di dunia maya, tak kurang akhirnya Ridwan Kamil sendiri memberikan klarifikasinya.

Sebetulnya seberapa menakutkannya Iluminati dengan simbol segitiganya tersebut, apakah memang ancaman tersebut nyata, tapi ada baiknya kita tidak ambil risiko.  Gambar di ambil dari Twitter, akun @NyneComics



Kamis, 14 Juni 2018

Logika Bengkok Pendukung Khilafah

Salah satu hal yg cukup banyak menyebabkan kisruh di Indonesia adalah para pendukung Khilafah, yg organisasinya yaitu HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) secara resmi telah dinyatakan terlarang di negeri ini.

Para pendukung HTI tdk setuju dengan prinsip demokrasi, azas Pancasila dan UUD 1945.  Lucunya dan anehnya mereka menggunakan prinsip demokrasi yaitu kebebasan berpendapat sebagai alasan bahwa merekapun berhak hidup di bumi Nusantara ini.

 

Minggu, 03 Juni 2018

Otak Plastik

Akhir-akhir ini ibu kota diributkan dengan pemasangan pohon plastik di beberapa sudut kota.  Konon anggaran yg dikeluarkan sampai 8 Milyar rupiah. Menjadi ramai karena masuk media sosial. Kemudian Gubenur Anies buru-buru membantah, beliau mengatakan bahwa pemasangan pohon plastik tsb bukan atas perintahnya.

Lepas dari siapapun yg memerintahkan pembelian dan pemasangan pohon plastik tsb, entah itu Ahok, Anies atau Aseng, jelaslah bahwa itu kegiatan tidak cerdas.  Daripada menghabiskan 8 Milyar untuk pohon buatan yg menyerap energi listrik, kenapa anggaran sebesar itu tidak digunakan untuk membibitkan pohon sungguhan, yg jelas lebih bermanfaat, tidak butuh energi apapun bahkan bisa mengurangi emisi karbondioksida di udara Jakarta yg sudah tercemar.

Jangan-jangan pejabat yg memerintahkan pembelian dan pemasangan pohon tsb otaknya terbuat dari plastik juga.


Kartun diambil dari Harian Kompas Minggu, edisi 3 Juni 2018.

Senin, 28 Mei 2018

Paham Radikal di Kampus Kita

Judul posting ini sama dengan headline Mingguan Tempo yg terbaru, edisi 28 Mei - 3 Juni 2018.

Kartun yg menjadi covernya bagus, sekaligus mengerikan, bagaimana kampus perguruan tinggi yang seharusnya mencetak sarjana harapan bangsa, malah mencetak bibit-bibit terorisme dan radikalisme. Bukannya berkontribusi membangun bangsa namun malah menggerogoti sendi-sendi bangsa, persatuan dan kerukunan.


Seharusnya pemerintah dan aparat keamanan bertindak tegas, dosen, guru besar atau pegawai negeri sipil yg bekerja di perguruan tinggi negeri yg menunjukkan simpati pada paham yg bertentangan dengan Pancasila, harus dipecat tanpa pandang bulu, itu -jika- pemerintah dan aparat keamanan masih peduli dengan negara ini.

Minggu, 20 Mei 2018

Rukun Menjelang Pilpres

Hanya orang bodoh yg mau mengorbankan kerukunan dan kedamaian antar sesama anak bangsa demi Pilpres.   Pilpres yg hanya sekali setahun memilih presiden yg belum tentu peduli dengan rakyat kecil.  Hendaknya sebagai rakyat kita cerdas, jangan sampai bangsa terpecah hanya gara-gara satu atau beberapa orang yg berhasrat ingin jadi presiden.



Mendukung capres tertentu boleh-boleh saja, tapi nalar dan etika tetap harus digunakan.  Jika capres jagoanmu ngawur atau melakukan kesalahan ya harus diakui salah, jika capres lawanmu melakukan hal yg benar dan baik ya tetap harus didukung, meskipun itu bukan calon jagoanmu.   Dengan demikian yg dipertarungkan adalah visi, ide, konsep dan gagasan, bukan soal-soal pribadi seperti agama, suku atau hal-hal berbau fitnah seperti isu PKI, asing & aseng.

Mbok yao jadi rakyat itu agak cerdas sedikit.

Rabu, 24 Juni 2015

Presiden dalam Seragam Militer

Presiden Jokowi dalam seragam militer, janggal ?  Sah sah saja jika Presiden memang sedang mengikuti kegiatan di lingkungan militer, tapi lain ceritanya jika Presiden sedang menerima tamu negara dalam acara resmi. Pertanyaannya adalah dalam konteks apa Presiden mengenakan pakaian tersebut ?    Betul bahwa Presiden adalah Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata, tapi Presiden tetaplah warga sipil dan Presiden tetap harus mengenakan busana warga sipil justru untuk menunjukkan bahwa militer tunduk di bawah pemerintah yang sipil tersebut.  (kartun diambil dari Mingguan Tempo edisi 28 Juni 2015)