Salah satu hal yg cukup banyak menyebabkan kisruh di Indonesia adalah para pendukung Khilafah, yg organisasinya yaitu HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) secara resmi telah dinyatakan terlarang di negeri ini.
Para pendukung HTI tdk setuju dengan prinsip demokrasi, azas Pancasila dan UUD 1945. Lucunya dan anehnya mereka menggunakan prinsip demokrasi yaitu kebebasan berpendapat sebagai alasan bahwa merekapun berhak hidup di bumi Nusantara ini.
Kamis, 14 Juni 2018
Minggu, 03 Juni 2018
Otak Plastik
Akhir-akhir ini ibu kota diributkan dengan pemasangan pohon plastik di beberapa sudut kota. Konon anggaran yg dikeluarkan sampai 8 Milyar rupiah. Menjadi ramai karena masuk media sosial. Kemudian Gubenur Anies buru-buru membantah, beliau mengatakan bahwa pemasangan pohon plastik tsb bukan atas perintahnya.
Lepas dari siapapun yg memerintahkan pembelian dan pemasangan pohon plastik tsb, entah itu Ahok, Anies atau Aseng, jelaslah bahwa itu kegiatan tidak cerdas. Daripada menghabiskan 8 Milyar untuk pohon buatan yg menyerap energi listrik, kenapa anggaran sebesar itu tidak digunakan untuk membibitkan pohon sungguhan, yg jelas lebih bermanfaat, tidak butuh energi apapun bahkan bisa mengurangi emisi karbondioksida di udara Jakarta yg sudah tercemar.
Lepas dari siapapun yg memerintahkan pembelian dan pemasangan pohon plastik tsb, entah itu Ahok, Anies atau Aseng, jelaslah bahwa itu kegiatan tidak cerdas. Daripada menghabiskan 8 Milyar untuk pohon buatan yg menyerap energi listrik, kenapa anggaran sebesar itu tidak digunakan untuk membibitkan pohon sungguhan, yg jelas lebih bermanfaat, tidak butuh energi apapun bahkan bisa mengurangi emisi karbondioksida di udara Jakarta yg sudah tercemar.
Jangan-jangan pejabat yg memerintahkan pembelian dan pemasangan pohon tsb otaknya terbuat dari plastik juga.
Kartun diambil dari Harian Kompas Minggu, edisi 3 Juni 2018.
Senin, 28 Mei 2018
Paham Radikal di Kampus Kita
Judul posting ini sama dengan headline Mingguan Tempo yg terbaru, edisi 28 Mei - 3 Juni 2018.
Kartun yg menjadi covernya bagus, sekaligus mengerikan, bagaimana kampus perguruan tinggi yang seharusnya mencetak sarjana harapan bangsa, malah mencetak bibit-bibit terorisme dan radikalisme. Bukannya berkontribusi membangun bangsa namun malah menggerogoti sendi-sendi bangsa, persatuan dan kerukunan.
Seharusnya pemerintah dan aparat keamanan bertindak tegas, dosen, guru besar atau pegawai negeri sipil yg bekerja di perguruan tinggi negeri yg menunjukkan simpati pada paham yg bertentangan dengan Pancasila, harus dipecat tanpa pandang bulu, itu -jika- pemerintah dan aparat keamanan masih peduli dengan negara ini.
Kartun yg menjadi covernya bagus, sekaligus mengerikan, bagaimana kampus perguruan tinggi yang seharusnya mencetak sarjana harapan bangsa, malah mencetak bibit-bibit terorisme dan radikalisme. Bukannya berkontribusi membangun bangsa namun malah menggerogoti sendi-sendi bangsa, persatuan dan kerukunan.
Seharusnya pemerintah dan aparat keamanan bertindak tegas, dosen, guru besar atau pegawai negeri sipil yg bekerja di perguruan tinggi negeri yg menunjukkan simpati pada paham yg bertentangan dengan Pancasila, harus dipecat tanpa pandang bulu, itu -jika- pemerintah dan aparat keamanan masih peduli dengan negara ini.
Minggu, 20 Mei 2018
Rukun Menjelang Pilpres
Hanya orang bodoh yg mau mengorbankan kerukunan dan kedamaian antar sesama anak bangsa demi Pilpres. Pilpres yg hanya sekali setahun memilih presiden yg belum tentu peduli dengan rakyat kecil. Hendaknya sebagai rakyat kita cerdas, jangan sampai bangsa terpecah hanya gara-gara satu atau beberapa orang yg berhasrat ingin jadi presiden.
Mendukung capres tertentu boleh-boleh saja, tapi nalar dan etika tetap harus digunakan. Jika capres jagoanmu ngawur atau melakukan kesalahan ya harus diakui salah, jika capres lawanmu melakukan hal yg benar dan baik ya tetap harus didukung, meskipun itu bukan calon jagoanmu. Dengan demikian yg dipertarungkan adalah visi, ide, konsep dan gagasan, bukan soal-soal pribadi seperti agama, suku atau hal-hal berbau fitnah seperti isu PKI, asing & aseng.
Mbok yao jadi rakyat itu agak cerdas sedikit.
Mendukung capres tertentu boleh-boleh saja, tapi nalar dan etika tetap harus digunakan. Jika capres jagoanmu ngawur atau melakukan kesalahan ya harus diakui salah, jika capres lawanmu melakukan hal yg benar dan baik ya tetap harus didukung, meskipun itu bukan calon jagoanmu. Dengan demikian yg dipertarungkan adalah visi, ide, konsep dan gagasan, bukan soal-soal pribadi seperti agama, suku atau hal-hal berbau fitnah seperti isu PKI, asing & aseng.
Mbok yao jadi rakyat itu agak cerdas sedikit.
Langganan:
Postingan (Atom)